Tak seperti dugaan banyak orang, orang berkebutuhan khusus masih bisa beraktivitas secara mandiri. Dengan terapi yang tepat, Anda bisa membantu orang terkasih meningkatkan kualitas hidupnya agar bisa lebih produktif. Namun, terapi seperti apa yang dibutuhkan seorang penyandang cacat atau berkebutuhan khusus?
Saat ini memang ada empat jenis terapi utama yang ditawarkan bagi penyandang cacat dan orang dengan kebutuhan khusus. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kondisi setiap orang itu berbeda-beda. Ada yang cuma membutuhkan satu jenis terapi, ada pula yang membutuhkan dua atau tiga terapi. Karenanya, Anda harus berkonsultasi dulu dengan dokter Anda.
1. Terapi fisik
Adanya keterbatasan untuk bergerak atau mengoordinasikan anggota tubuh berarti Anda membutuhkan terapi fisik. Terapi fisik atau fisioterapi mengutamakan peningkatan kemampuan motorik, keseimbangan motorik, koordinasi, kekuatan, dan ketahanan tubuh.
Keterampilan motorik yang dilatih ada dua jenis.
- Keterampilan motorik kasar mencakup aktivitas yang menggunakan otot besar tubuh seperti merangkak, berjalan, berlari, atau melompat.
- Keterampilan motorik halus menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan memegang sendok atau meraih barang-barang.
Fisioterapis akan mengevaluasi fungsi otot, sendi, pergerakan, kekuatan, otot, daya tahan, kemampuan motorik lainnya secara berkala dari terapi fisik ini.
Terapi fisik dibutuhkan bagi anak yang mengalami keterlambatan perkembangan, cerebral palsy, gangguan genetik, kecacatan ortopedi, kecacatan sejak lahir (contoh spina bifida), mengalami kelainan otot atau masalah koordinasi otot.
Manfaat melakukan terapi fisik yakni meningkatkan dan mempertahankan kekuatan otot dan daya tahan tubuh, mengembalikan dan mengembangkan rentang pergerakan, meningkatkan kemampuan koordinasi, mengurangi rasa sakit, mengatasi pembengkakan sendi, dan meningkatkan kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.
2. Terapi kognitif
Ada beberapa jenis terapi yang tercakup dalam terapi kognitif. Kognitif mengarah pada fungsi daya ingat, persepsi, pembelajaran, pemikiran logis, perencanaan, penilaian, dan kemampuan untuk membuat keputusan.
Terapi ini dibutuhkan bagi penyandang cacat yang memiliki gangguan belajar. Ada dua bentuk terapi kognitif yakni psikoterapi, yang dikenal sebagai terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy atau CBT) dan rehabilitasi kognitif.
3. Terapi perilaku
Terapi perilaku adalah jenis psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi masalah perilaku dan mendukung keterampilan beradaptasi dalam lingkungannya. Terapi perilaku menggunakan pendekatan psikologis untuk meningkatkan kemampuan fisik, mental, dan komunikasi penyandang cacat atau orang berkebutuhan khusus.
Bila terapi kognitif membantu penyandang cacat untuk memproses informasi dari luar serta pikiran dan perasaannya sendiri, terapi perilaku lebih fokus untuk membentuk perilaku yang diinginkan dan menghapus perilaku atau kebiasaan yang tidak diinginkan (misalnya menyakiti diri sendiri atau bersikap kasar).
Metodenya bisa bermacam-macam. Ini tergantung mana yang paling sesuai dengan usia, kondisi, dan kebutuhan masing-masing pasien. Misalnya dengan memberikan pujian setiap kali pasien berhasil menunjukkan perilaku yang diinginkan.
4. Terapi wicara
Terapi wicara merupakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan berbahasa lewat mulut. Ada beberapa kondisi penyandang cacat yang membutuhkan terapi wicara seperti cerebral palsy, tuli, dan gangguan perkembangan.
Pada permasalahan artikulasi, terapis di pusat kesehatan bisa melatih cara berbicara dengan alat-alat pendukung seperti tongkat es, jari, peluit, atau sedotan untuk membantu pasien mengendalikan otot mulut, lidah, dan tenggorokan. Bisa juga dengan cara mendorong pasien untuk menirukan bunyi dan suara yang diproduksi terapis.
Sedangkan pada anak-anak penyandang cacat yang punya masalah bahasa, pendekatan berbasis permainan untuk merangsang komunikasi bisa digunakan oleh terapis.
Terapis wicara juga dapat membantu Anda menggunakan alat-alat komunikasi khusus untuk bekomunikasi. Contohnya, orang yang tidak bisa bicara bisa diajarkan untuk menggunakan bahasa isyarat.
5. Terapi okupasi
Jenis terapi untuk penyandang cacat yang satu ini ditujukan untuk membantu pasien melakukan hal-hal yang sifatnya praktis dan sehari-hari. Misalnya mengancingkan baju, menarik dan mengaitkan resleting, mengikat tali sepatu, menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat, atau alat bantu dengar), mandi, membersihkan diri, sampai membaca dan berhitung.
Biasanya orang yang membutuhkan terapi ini adalah mereka yang punya kondisi seperti multiple sclerosis (MS), spina bifida, sindrom Down, dan lain-lain. Terapi ini sangat mungkin dikombinasikan dengan jenis terapi lainnya seperti terapi fisik.
Tags:
terapi